Hari ini sudah penghujung bulan tujuh. Sebentar lagi bulan delapan. Aku benci bulan delapan, entah karena dia meninggalkan ku setahun lalu di bulan delapan. Sampai bulan delapan tahun ini aku hanya bisa menunggu. Semoga bulan delapan tahun ini tak seperti bulan delapan yang lalu. Bertemu lah, meski sekejap.
Ada rindu untuk ibu kota
rindu akan senyumnya
rindu akan guraunya
rindu akan kenangnya
Ada rindu untuk ibu kota
rindu yang selalu menguntai hati
rindu yang selalu menjajah pikiran
rindu yang selalu bermain dengan kenangan
Ada rindu untuk ibu kota
Salam rinduku untuk Kau, di Ibu kota
Surabaya, 9 Desember 2013 - Jakarta
rindu akan senyumnya
rindu akan guraunya
rindu akan kenangnya
Ada rindu untuk ibu kota
rindu yang selalu menguntai hati
rindu yang selalu menjajah pikiran
rindu yang selalu bermain dengan kenangan
Ada rindu untuk ibu kota
Salam rinduku untuk Kau, di Ibu kota
Surabaya, 9 Desember 2013 - Jakarta
Pagi itu musim penghujan. Sudah pukul sembilan pagi tapi aku ingat sekali pagi itu benar-benar dingin dan masih saja kelabu.
Kelabu hari itu tak berlaku buatku.
Pelangi hadir di hari itu dan menggaris hari itu dengan warna canda gurau.
Delapan Puluh Kilometer.
Hari itu delapan puluh kilometer pelangi membawaku pada hamparan hijau, sejuk dan ketenangan.
Delapan puluh kilometer.
Sempat aku dibasahi hujan bersama pelangi.
Delapan puluh kilometer.
Berteduh di bawah pohon perempatan jalan.
Delapan puluh kilometer. Aku, kamu di hamparan tanaman teh
Malang, 30 mei 2013
Kelabu hari itu tak berlaku buatku.
Pelangi hadir di hari itu dan menggaris hari itu dengan warna canda gurau.
Delapan Puluh Kilometer.
Hari itu delapan puluh kilometer pelangi membawaku pada hamparan hijau, sejuk dan ketenangan.
Delapan puluh kilometer.
Sempat aku dibasahi hujan bersama pelangi.
Delapan puluh kilometer.
Berteduh di bawah pohon perempatan jalan.
Delapan puluh kilometer. Aku, kamu di hamparan tanaman teh
Malang, 30 mei 2013
“Kesana sama
siapa, Mell?” sebuah pesan singkat yang aku terima dari Toni usai mengirim
mention di akun twitterku.
“Besok ketemu yaa :3”
Sedikit debaran
itu muncul lagi setelah tiga tahun lalu aku kehilangan itu. Dia kembali.
Awal aku
membaca mention itu darinya sulit kupercaya darinya. Mungkin hanya sebuah bunga
tidur buatku. Tapi itu nyata dan masih menjadi tanda tanya besar buatku.
Setelah ku balas beberapa pesan singkat darinya, satu pesan yang membuat debar
itu semakin kencang.
“Ayo aku jemput.”
Pagi
belum beranjak, dan ayam jantan pun belum lama berkokok. Seperti hari-hari
sebelumnya, usai meanjatkan doaku pada sang pencipta bergegaslah aku untuk
mempersiapkan diriku menjalani hari untuk menuntut ilmu di sekolah tercinta.
Aku hanyalah seorang gadis biasa
yang tak tahu menahu tentang apa yang akan terjadi hari ini. Aku hanya bisa
banyak berharap, bahwa hari ini adalah hari yang lebih menyenangkan dan lebih
baik dari hari-hari sebelumnya.