Kamu atau Dia?

October 23, 2012


Pagi belum beranjak, dan ayam jantan pun belum lama berkokok. Seperti hari-hari sebelumnya, usai meanjatkan doaku pada sang pencipta bergegaslah aku untuk mempersiapkan diriku menjalani hari untuk menuntut ilmu di sekolah tercinta.

            Aku hanyalah seorang gadis biasa yang tak tahu menahu tentang apa yang akan terjadi hari ini. Aku hanya bisa banyak berharap, bahwa hari ini adalah hari yang lebih menyenangkan dan lebih baik dari hari-hari sebelumnya.


            Namun harapan itu tak berlaku untuk hari ini.

            Sudah hampir seminggu, sedikit kenyamanan yang aku rasakan saat aku berada di dalam kelas ini. Hari ini adalah puncak dari semua kejadian seminggu yang lalu. Rasa nyaman itu hilang seketika saat dia tahu akan perasaanku.

             Dia adalah Balqies, temen sekelasku yang sama-sama suka dengan temen cowokku. Toni.

            Sebenernya emang sudah lama menjadi rahasia public, kalau Toni suka sama Aku. Tapi belum pernah sekalipun dia menyatakan langsung cintanya padaku.

**********

            Tak seperti biasanya. Pagi ini, aku datang saat hampir semua bangku sudah tergeletakkan tas-tas.

      Dibangku pojok depan, Balqies duduk dengan wajah muram yang membuka buku IPA-nnya. Entah itu melamun atau lagi membaca buku.
Perlahan aku melewatinya dan menuju bangkuku yang tak jauh dari Balqies duduk.

            Saat aku tiba dibangkuku, dengan suara lantang Vita temen sebangkuku bertanya padaku:
     “Gimana hubunganmu sama Toni, Mell? Atau jangan-jangan kau uda jadian yaa?”

            Aku mencoba untuk meredam suara Vita, dan aku menjawabnya dengan suara lirih
     “Hanya sebatas temen, Vit. Kalau bicara jangan keras-keras ya Vit.”
     “Loh, kenapa? Suaraku emang seperti ini Mell.”
     “Hemm…….. Iya, tapi biasa aja. Jangan terlalu dibuat-buat”

            Aku terdiam sejenak dan perlahan mengarahkan pandanganku menuju Balqies yang kulihat dia semakin tertunduk.

            Layaknya sosok seleb. Toni yang baru datang, memasuki kelas langsung disambut dengan sorakkan temen-temen sekelas.
     “Ihiii… ihii.. itu lo Melly, Ton. Uda lama dia menunggu kedatanganmu.”
     “Ehm,, Mell…. pangeranmu sudah datang”
     “suit suit”
     “Toni. Melly. Toni. Melly”

            Huwah, mereka sahut menyahut bersorak-sorak.

            Aku hanya diam, dan sedikit-sedikit kulihat Toni dengan senyum kecilnya.

            Balqies yang tadinya tertunduk menatapi bukunya, seketika buku itu menjadi pelampiasan emosinya. Dia robek, dia lempar, dan barang apa aja yang ada di dekatnya dia lempar. Sampai salah satu dari buku yang dia lempar mengenai kepalaku.

            Dengan kelembutan dan kesabaranku, ku kembalikan buku itu padanya.
     “Kamu kenapa, Qies?” aku mencoba bertanya dengan suara yang halus
     “Nggak usah berlagak polos deh!” dengan nada yang sinis

            Aku mencoba untuk bersabar lagi, dan berbicara padanya.
     “Aku tau Qies, gimana perasaanmu sekarang. Tapi, apa karna hal yang sepele itu kau harus merobek buku mahal itu? Masih banyak temen kita diluar sana yang butuh sekali buku itu.”

            Balqies terdiam, dan semakin dia menundukkan kepalanya dengan tangannya yang terlipat. Sepertinya Dia menangis, Aku mencoba untuk menenangkannya.
“Jangan memikirkan semua ini. belum saatnya kita memikirkan hal ini. anggap aja semua ini hanya lelucon untuk menhibur kita semua Qies.”

            Ku lihat tak lama kemudian emosi Balqies sudah terlihat mereda.


**********


            Jam istirahat emang yang paling dinanti bagi semua murid, termasuk Aku. Makan di kantin bareng temen. Cerita banyak hal. Pokoknya ngelakuin apapun buat ngelepas penat karena pelajaran.
    
            Hari ini, aku lebih memilih makan di kantin bareng Balqies. Beruntung sejak insiden pagi tadi, dan setelah ada proses berdamai dengannya, kita bisa jadi akrab lagi.

            Makan bakso sambil minum segelas es teh di siang hari  yang seakan panas banget ini emang seru abis. Di tambah lagi dengan tayangan Tom & Jerry yang selalu berkejar-kejaran dan nggak bisa akur. Liat Balqies yang bisa tersenyum lagi juga ngebahagia-in juga.
     “Mell, bisa bicara berdua sama kamu enggak?” tiba-tiba Toni datang dan memotong pembicaraanku dengan Balqies yang sedang bicarain pelajaran Matematika tadi.

            Mendadak, kulihat wajah Balqies berubah. Keningnnya berkerut-kerut seperti mau marah.

     “Mau ngomong apa sih? Ngomong di sini aja” dengan polos aku bertanya pada Toni.

     “Yaa… ada suatu hal penting yang ingin aku omongin ke kamu Mell” dengan mengangkat kedua bahunya.

            Aku rasa ada sesuatu hal yang nggak biasa pada diri Toni. Apa yang akan dia omongin, sampai-sampai harus bicara berdua aja? Ajakan dia membuat hatiku penasaran banget.

            Jelas nggak mungkin kalau aku memenuhi ajakan Toni. Balqies pasti berfikir yang tidak-tidak, dan bisa-bisa dia tak mau lagi punya temen sepertiku.

     “Emm,, sorry ya Ton. Aku nggak bisa kalau bicara berdua aja. Kalau emang yang mau kamu omongin itu penting banget, ya.. disini aja juga nggak masalah kan?”

     “Mungkin yang mau diomongin Toni sedikit privasi Mell. Yaa nggak masalah kok, kalau kalian mau bicara berdua. Aku juga mau balik ke kelas.” Dengan tersendat – sendat Balqies menyahuti Aku.

     “Lho kan,, Balqies juga mau balik ke kelas Mell.”

            Toni terus meyakinkan aku agar Aku mau bicara berdua dengannya. Tapi aku tetep pada prinsipku.

            Akhirnya jam istirahat pun telah usai.
      “Eh,, sudah bel masuk tuh. Ayo kita balik ke kelas. Bentar lagi pelajaran Fisika. Jangan sampe kita telat masuknya” Aku mengajak mereka untuk balik ke kelas.


**********


            Karna asyiknya pelajaran Fisika yang pada pembahasan ini mudah kita serap dan juga enjoy banget ngerjakan tugas yang diberikan, tak terasa bel pulang sudah berbunyi satu menit yang lalu.
     
            Semua sibuk membereskan barang masing-masing. Tak terkecuali Aku dan Bu Nurul. Guru Fisikaku. Dengan bimbingan beliau kita berdoa bersama dan bergegas pulang ke rumah masing-masing.

            Tapi tidak bagiku. Sepulang sekolah ini, aku bersama temenku tim tari mempersiapkan kostum untuk penampilan kita pada upacara pembukaan PORSENI tingkat Daerah.

            Selang beberapa jam semua persiapan untuk hari esok terselesaikan. Aku berharap lekas sampe rumah. Lelah ini sudah tak terkira rasanya. Seharian ini banyak hal yang menyita tenagaku. Aku khawatir tifus ini datang menderaku lagi.

            Sekolah terasa sunyi, dan pintu-pintu kelas sudah banyak yang tertutup. Tak seorangpun terlihat disekitar sekolah. Ku percepat langkahku menuju gerbang. Perasaan sudah tidak enak. Konon disekolahku ada Noni Belandanya.

            Tapi, tiba-tiba perhatianku terhenti pada sekelompok anak yang asik bermain basket di lapangan. Ini bukan halusinasikan? Sudah sesore ini masih saja ada yang bermain di sekolah.

      “Mellyyy………….” Bahkan salah satu diantara mereka memanggilku. Ooh tidak, apa jadinya kalau itu hantu sekolah yang menghampiriku. Tidak. Tidaaakkkkkk…………
            Tapi sepertinya aku kenal anak-anak itu. Atau jangan-jangan setan menyamar jadi orang yang aku kenal?

            Kulihat orang yang tadi memangilku, berjalan mendekatiku. Dia berlari – lari kecil keluar lapangan. Semakin dekat dan dekat, sepertinya aku bener-bener kenal dengan wajah itu. Hemm,, Toni.

      “ Melly..” Bener. Itu bener Toni. Ku pastikan 100%. Tapi untuk apa sesore ini dia masih ada di sekolah.
      “……. Heii. Bengong.”
      “Eh… eh… iya Ton. Kok kamu masih disini?”
      “Kamu juga kenapa baru pulang?”
      “Emm, iya habis nyiapin kostum  tari buat besok pagi. Yasudah Ton, Aku pulang dulu. Udah sore.”

            Aku mempercepat langkahku menjauhi Toni. Terus percepat dan terus percepat langkahku. Berharap Toni tidak terus mengajakku bicara.

            Tapi, Toni terus mengikuti dan menyamai langkahku. Aku mencoba untuk berlari tapi dia malah menarik tanganku.

      “Tunggu dulu, Mell. Aku mau bicara sebentar sama kamu.”

            Aku tercengang, melihat seseorang keluar dari koridor sekolah yang sepi itu. Pikiranku sudah yang tidak-tidak melihat keadaan itu. Dan setelah aku perhatikan lagi ternyata itu Balqies.

      “Mell… Aku suka sama kamu. Aku pengen kamu jadi pacarku.”
           
            Balqies yang berjalan mendekati Aku menghentikan langkahnya ketika dia mendengar apa yang Toni katakan.
            Aku tertegun melihat Balqies. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Ku palingkan pandanganku ke Toni.
      “ Mell.. sungguh Aku sayang sama kamu”

            Aku masih terdiam tidak bisa berkata apa-apa. Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku dan perlahan berkata.
      “Emmm…. Kita bertemen  aja ya Ton.  Aku merasa lebih nyaman kalau kita bertemen.”

            Wajah Toni seketika berubah murung.

      “Sudah ya Ton, Aku duluan.”
           
            Aku melangkah menghampiri Balqies dan mengajak pulang bareng bersamanya. Diperjalanan kita berbincang-bincang, dan bersenda gurau.

            Akhirnya Aku dan Balqies bertemen lebih akrab lagi.
            Temen adalah segalanya bagiku. Baik masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang

You Might Also Like

0 comments

thank you ^^