Ilmu Sastra, Karakteristik Sastra
March 11, 2015
Assalamualaikum, share ilmu sastra dulu yaa. Pada postingan kali ini Ilmu Sastra mengenai Karakteristik Sastra Indonesia . Bagaimanakah Karakteristik Sastra Indonesia ? Check it out Ilmu sastra, Karakteristik Sastra
Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra
Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra Ilmu sastra, Karakteristik Sastra
|
Karakteristik
|
Sastrawan dan karyanya
|
Balai Pustaka
|
· Tema karya sastra tentang pertentangan adat dan
kawin paksa, dominasi orang tua dalam perkawinan,
· Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa
Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang pada masa itu disebut bahasa
melayu umum
· Pengucapan terpengaruh oleh sastra Melayu yang
mendayu-dayu,
· Bahasa klise seperti peribahasa dan
pepatah-petitih,
· Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka belum
jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan Balai Pustaka masih mencerminkan
kehidupan tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah,
· Bersifat romantik-sentimental
· Karya-karya yang diterbitkan Balai Pustaka
diharuskan memenuhi Nota Rinkes yang berbunyi: didaktis, serta netral agama
dan politik.
|
Pelopor
angkatan Balai Pustaka adalah Nur Sutan Iskandar, Marah Rusli, dan Abdul Muis
Sastrawan
dan karyanya:
· Nur Sutan Iskandar, (1)Abunawas, (2) Neraka Dunia,
(3) Cinta Tanah Air.
· Marah Rusli, (1) Anak dan Kemenakan (roman), (2)
La Hami (roman sejarah Pulau Sumba).
· Abdul Muis, Salah Asuhan, Pertemuan Jodoh tahun
1933, Suropati, roman sejarah tahun 1950, (3) Putri Umbun-Umbun Emas tahun
1950, (4) Robert Anak Suropati, roman sejarah tahun 1952. Aman Datuk
Mojoindo, (1) Si Doel Anak Betawi, (2) Si Cebol Rindukan Bulan.
· Tulis Sutan Sati, (1) Sengsara Membawa Nikmat
tahun 1928, (2) Tidak tahu Membalas Guna tahun 1932, (3) Tak Disangka tahun
1932.
· Merari Siregar, Azab dan Sengsara tahun 1920
|
Pujangga Baru
|
· Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia
modern,
· Temanya mencakup masalah yang kompleks, seperti
emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya,
· Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan
keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu
puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris,
· Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari
Angkatan ’80 Belanda,
· Bersifat nasionalisme,
· Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
· Cara pengucapan bebas,
· Setting yang menonjol adalah masyarakat
penjajahan.
|
Pelopor
Angkatan Pujangga Baru adalah Sutan Takdir Ali Syahbana, Armjin Pane, dan
Amir Hamzah.
Sastrawan
dan karyanya:
· Sutan Takdir Ali Syhabana (roman Layar Terkembang
(1948), Tebaran Mega (1963), Dian Tak Kunjung Padam, Kalah dan Manang, Grota
Azzura)
· Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyian Sunyi (1954),
Buah Rindu (1950), Setanggi Timur (1939))
· Armin Pane (novel Belenggu (1654), Jiwa Berjiwa,
kumpulan sajak Gamelan Jiwa (1960), drama Jinak-Jinak Merpati (1950))
· Sanusi Pane (drama Manusia Baru, Pancaran Cinta
(1926), Puspa Mega (1971), Madah Kelana (1931/1970), Sandhyakala Ning
Majapahit (1971), Kertadjaja (1971))
· M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes (1951),
Indonesia Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Tanah Air)
· Rustam Efendi (drama Bebasari (1953), Pertjikan
Permenungan (1957))
· Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam
(1934)
· Hamka (roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck)
|
Jaman Jepang
|
· Karya sastra kebanyakan berisi tentang kehidupan
masyarakat kecaman dan sindiran terhadap ketidakadilan yang terdapat dalam
masyarakat.;
· Bersifat simbolik;
· Karya sastra tidak boleh menyangkut politik
pemerintahan Jepang, melainkan mengandung pujian-pujian bagi pemerintah
Jepang;
· Karya sastra prosa dan puisi sudah memakai sajak
yang bebas, namun isinya masih mencerminkan adanya tekanan dan kekangan.
· Dalam karya sastra sering muncul kritikan-kritikan
ketika tidak ada kecocokan antara penguasa dan masyarakat.
· Bahasa Indonesia bukan hanya sekadar alat untuk
bercerita melainkan untuk menyampaikan perasaan yang sedih dan pilu yang
menggambarkan kondisi masyarakat saat itu.
|
· Usmar Ismail, (1) Puntung Berasap, kumpulan sajak;
(2) Pancaran Cinta dan Gema Tanah Air, cerpen; (3) Sedih dan Gembira, drama.
· Rosihan Anwar, (1) Radio Masyarakat, cerpen; (2)
Radio Kecil, roman; (3) Bajak laut di Malaka.
· Amal Hamzah, (1) Pembebasan Pertama, kumpulan
sajak; (2) Melaut Berciku, sajak; (3) Buku dan Penulis, kritik roman dan
drama.
· Abu Hanifah atau El Manik, (1) Taufan di Atas
Asia, (2) Rogaya; (3) Mambang Laut; (4) Dokter Rimbu, roman.
|
Tahun 90an-sekarang
|
· Semakin banyak karya-karya sastra yang diterbitkan
tanpa ketakutan apapun.
· Ditandai dengan banyaknya roman percintaan.
· Mulai memunculkan masalah gender.
· Mulai muncul sastrawan wanita yang menonjol.
· Bertemakan social-politik
· Penuh kebebasan ekspresi dan pemikiran
· Menampilkan sajak-sajak peduli bangsa
· Religious dan nuansa sufistik
· Bahasa kerakyatjelataan
|
· Ayu Utami, Saman
· Seno umira Ajidarma, Atas Nama Malam
· Dewi Lestari, Supernova
· Habiburrahman El-Shirazy, Ayat-ayat Cinta
· Tere Liye, Moga Bunda Disayang Allah
|
0 comments
thank you ^^