Sudah biasa bisa jadi. Tapi masih sulit bagiku untuk cepat menghilangkan kamu. Tapi sebenarnya bukan kamu. Yang benar adalah kenangan kita.
Pertama aku kehilangan kamu. Masih ingat, waktu masih jamannya kita awal puber. Iya. Awal pertama aku benar menyimpan rasa pada kamu. Kamu pun tak tahu hal itu. Karena kamu tak menganggap aku ada. Aku hanya bisa merasakan bunga-bunga yang sedang mekar itu sendiri. Tanpa kamu. Setelahnya, aku terus mencoba untuk terus menyimpan rasa itu sendiri. Sampai pada kamu bersama temanku sendiri.
Babak kedua aku kehilangan kamu, saat aku benar-benar sudah bersama kamu. Entah sudah berapa bulan aku berbagi bunga-bunga yg indah itu denganmu. Tapi, kamu pergi begitu saja. Dengan dirinya yang entah aku juga tak tahu mengapa kamu lebih memilih dia.
Kali ketiga aku kehilangan kamu. Saat kau tak lagi bersama dia, sempat kamu kembali. Tapi aku rasa hanya persinggahan sebentar untuk melanjutkan pada pelayarannya selanjutnya. Hahaha. Benar sekali. Tak lama kamu sudah bersama dia yang lain.
Kali keempat aku kehilangan kamu, saat aku dan kamu sudah terpisah dengan jarak dan waktu yang cukup lama. Kamu datang kembali dihadapan ku membawa seribu harapan yang selalu aku bayangkan setiap malam. Iya. Tingkah dan kata manisku itu kembali seperti dulu saat pertama aku dan kamu bersama. Tak ada status yang mengikat aku dan kamu. Mungkin itu kesalahanku. Sampai aku harus kehilangan kamu untuk yang kesekian kalinya.
Dan yang kesekian kalinya, aku kehilangan kamu karena jarak yang tak mampu lagi menjaga hati itu untukku.
Ini sudah yang kesekian kalinya aku kehilangan kamu. Entah hanya waktu yang bisa menjawab akankah kita dipersatukan lagi seperti babak sebelumnya.
20februari2014